Senin, 30 April 2018
Admin
602
Sumbawa Besar,??InfoPublik -??Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat menggelar??Interfaith Dialogue dengan isu sentral ???Embracing Diversity of Religion, Key To A Peaceful World?? yang bertema Kerukunan Umat Beragama.??Dialog dihadiri oleh seluruh diplomat, baik diplomat Internasional maupun Indonesia serta para anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sumbawa, pengurus Lembaga Adat Tana Samawa, pengurus dan anggota Forum Lintas Etnis Kabupaten Sumbawa, serta mahasiswa.
Kepala Subdir II Direktorat Amerika II Kementerian Luar Negeri RI,??Darianto Harsono yang mendampingi para diplomat mengatakan salah satu alasan para Diplomat peserta Sesparlu atau??pelatihan diplomatik tingkat tertinggi??Internasional berkunjung ke Kabupaten Sumbawa ini memang adalah ingin belajar tentang kerukunan beragama dan beragam etnis. Para diplomat ini menilai Sumbawa sukses menjaga kerukunan antar umat beragama maupun 19 etnis hidup berdampingan secara damai.
Darianto menjelaskan Diplomat dari Meksiko, Kroasia, Australia, Vietnam, Laos, Myanmar, Timor Leste, Kamboja dan Korea Selatan yang tergabung dalam Sesparlu Internasional Kemenlu Republik Indonesia ke-20 ini ingin mengenal lebih jauh adat istiadat Samawa yang dikenal sangat welcome terhadap pendatang. ???Inilah salah satu alasan kita ingin ke Sumbawa dan belajar banyak tentang sebuah kerukunan,?? katanya,??Senin pagi (30/4/2018) di??ruang Lunyuk Agung Istana Dalam Loka.
Sementara Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, Sudirman Malik, saat membuka kegiatan dialog, mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para diplomat yang telah menjadikan Kabupaten Sumbawa sebagai tempat untuk melihat kerukunan antar umat yang terjalin baik.
???Saya atas nama Pemerintah Kabupaten Sumbawa menyampaikan selamat datang di Kabupaten Sumbawa. Merupakan suatu kehormatan bagi kami, para Diplomat berkunjung ke Istana Dalam Loka salah satu bangunan kayu bersejarah di Kabupaten Sumbawa maupun di Indonesia,?? ujarnya saat membuka dialog.
Pemerintah Kabupaten Sumbawa menghadirkan Rektor Universitas Samawa (Unsa) Prof. DR. Syaifuddin Iskandar, M.Pd dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sumbawa Drs. H. Umar Hasan untuk memberikan gambaran kondisi dan situasi keberagaman yang ada di Sumbawa.
Rektor Unsa, Syafuddin menguraikan bahwa isu kerukunan umat beragama sudah lama dibicarakan. Harapan untuk hidup rukun damai sebagai sebuah??das solen??perlu dikaitkan dengan??das sainnya. ???Faktanya Indonesia termasuk Sumbawa menuju kerukunan hidup antar umat beragama cukup rumit dan komplek karena realitasnya Indonesia adalah muliti kultur, multi etnik, berbeda segala macam suku, agama, budaya, adat dan ini tidak gampang diurus. Salah urus bisa menimbulkan konflik setiap saat,?? kata Prof. Ude sapaan akrab Rektor Unsa ini.
Paling berbahaya jika perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya yang menyangkut isu agama berpotensi dapat menimbulkan konflik besar secara massif di Indonesia termasuk juga Sumbawa. ???Ada nilai-nilai lokal atau lokal wisdom. Mungkin perlu diketahui dan dipahami nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Sumbawa yang merupakan warisan leluhur yaitu ada 3 antara lain??jangan ganggu harta,??jangan ganggu wanita??dan??jangan ganggu agamanya. 3 pondasi ini jika diganggu maka masyarakat Sumbawa akan marah. Konflik ini sebenarnya tidak akan terjadi, apabila nilai lokal yang dianut Tau Samawa (masyarakat Sumbawa) tersebut tidak diganggu,?? urai Rektor.
Meski demikian, Tau Samawa dikatakannya sangat terbuka??terhadap para pendatang karena memiliki rasa toleransi yang tinggi. Tidak heran jika siapa saja yang datang dan menetap serta berusaha di Tana Samawa, akan tenang dan aman karena dianggap sebagai saudara. ???Siapapun dia datang dari manapun orang itu, suku manapun agama manapun, jika mampu menghargai dan memberi maslahat bagi masyarakat Sumbawa, maka dia dianggap keluarga,?? jelas Rektor.
Kondisi tersebut tidak terlepas dari peran para pendahulu yang meletakkan rasa toleransi dan memelihara kerukunan. Karena itu di Sumbawa sejak jaman dulu terdapat nama-nama kampung yang masih lestari sampai saat ini. Nama kampung itu dulunya disesuaikan dengan suku atau etnis yang mendiaminya. Ada Kampung Bugis, Kampung Bima, Kampung Jawa, Kampung Timor, Kampung Irian, Kampung Lombok, Kampung Bali, Kampung Madura dan kampung lainnya.
Meski berasal dari etnis yang berbeda, mereka diakui sebagai Tau Samawa. Peran pemerintah selalu memfasilitasi kepentingan antar umat beragama. Dan hal ini menurut Prof Ude, sudah dilaksanakan dengan mempererat tali silaturahim antar umat beragama.
Sementara, Umar Hasan mengungkapkan bahwa FKUB telah dibentuk sejak tahun 2006, dan hingga kni mampu berperan turut menjaga kerukunan dan kedamaian antar umat beragama di Kabupaten Sumbawa yang multi.
Salah satu yang menjadi agenda FKUB adalah rutin menggelar silaturrahmi dan rapat pertemuan antar pemuka agama sebulan sekali, serta diwajibkan kepada para tokoh agama yang tergabung dalam FKUB untuk melaporkan setiap saat apabila ada indikasi yang mengarah kepada terganggunga kerukunan masyarakat untuk segera ditemukan solusinya.
???Kami membangun keterbukaan antar pengurus FKUB, mana saja yang sesuai dengan adat dan budaya Tau Samawa maupun mana yang tidak boleh,?? kata Haji Umar sapaan akrab Ketua FKUB yang juga mantan Ketua DPRD Kabupaten Sumbawa ini.
Uraian singkat dari Rektor Unsa dan Ketua FKUB Kabupaten Sumbawa mendapat tanggapan beragam dari para diplomat. Dilansir dari??samawarea.com, Miss Yen Nguyen, diplomat Vietnam, menyampaikan terima kasih dan menyatakan kekagumannya pada komitmen semboyan Sabalong Samalewa. Ia juga mengapresiasi adanya FKUB yang menjadi wadah dan jembatan bagi umat beragama dalam menyelesaikan berbagai persoalan umat.
Untuk diketahui di Vietnam terdapat puluhan etnik. Kelompok suku terbesar adalah Suku King. Etnik yang berada di luar berupaya berinteraksi dengan Suku King dengan mengirim guru agar anak-anak dari Suku King memiliki pengetahuan yang mumpuni. Untuk agama, mayoritas Budha. Agama sudah termodifikasi dengan mempraktekkan kebiasaan nenek moyang. Mendengar paparan soal kerukunan di Sumbawa, Miss Yen mengaku banyak belajar dari forum ini.
???Kami akan merekomendasikan kepada pemerintah untuk membentuk FKUB di Vietnam,?? ujarnya.
Mr. Francisco Dionisio Fernandes dari Timor Leste, pun mengakui masyarakatnya belajar banyak dari Indonesia mengenai kerukunan beragama. Di Timor Leste tidak ada masalah etnik meski Perdana Menteri mereka beragama Muslim. Yang menjadi persoalan di sana adalah kesejahteraan. ???Dulu ketika masih menjadi bagian dari Indonesia, banyak guru dari NTB mengajar di Timor-timor. Ke depan kami akan jadikan Sumbawa menjadi destinasi wisata sekaligus tempat menimba ilmu terkait kehidupan masyarakat dan kerukunan antar umat beragama,?? ucapnya.
Sedangkan Mr. Heng Sophea dari Kamboja menyatakan bahwa kerukunan sangat penting, karena dengan kerukunan maka akan lahir kedamaian. Di Kamboja mayoritas masyarakatnya beragama Budha, dan sebagian kecil muslim dan agama lainnya. Tapi mereka bisa hidup berdampingan dan saling menghormati. Mereka juga saling berbagi.
Mr. Daniel Heldon dari Australia mengatakan bahwa masyarakat Australia adalah masyarakat majemuk yang sukses. Meski berbeda mereka hidup dalam harmoni. Saat kejadian Bom Bali, banyak korban dari Negara Australia. Dan pemerintah mencoba untuk bergerak supaya kasus itu disikapi dengan baik. Hal pertama dilakukan Kemenlu Australia adalah memulai pertemuan tokoh agama di Indonesia. Ini dilakukan agar peristiwa itu tidak berpengaruh di Australia yang berdampak terhadap intoleransi. Australia mengakui hak beragama dan hak asasi manusia. Itu dilindungi hukum di Australia. Karena itu di Australi ada lembaga semacam Komnas HAM yang menerima pengaduan ketika ada masalah.
Diplomat dari Kroasia Mr. Dubravko Zirovcic?? mengapresiasi kerukunan beragama di Kabupaten Sumbawa. Ini sangat terasa dengan sikap keramah-tamahan masyarakatnya dalam menyambut setiap tamu yang datang. ???Kami anggota Uni Eropa saling menghargai satu sama lain. Komunitas muslim berhubungan baik dengan pemerintah, sebagaimana perlakuan masyarakat Sumbawa yang mayoritas muslim terhadap etnis atau umat agama lainnya,?? imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Miss Maria Del Carmen Bernal Ledesma dari Meksiko. Ia sangat menghargai sambutan hangat masyarakat Sumbawa. Sebagaimana Sumbawa, Meksiko sangat menghargai seluruh etnik yang ada.
Mr. Thatsaphone Noraseng dari Laos menjelaskan bahwa penduduk Laos mencapai 6,5 juta dan terdiri dari 49 suku dengan agama Budha sebagai agama mayoritas. Kendati demikian Konstitusi Laos menghargai kerukunan beragama.
Mr. Choo Won Hoon dari Korea Selatan mengatakan bahwa peristiwa yang dialami warga Korsel yang dipancung tentara Irak dan Afganistan ketika perang berkecamuk, tidak mempengaruhi kerukunan beragama di Korsel. Pemerintah Korsel melindungi semua warganya meskipun memiliki perbedaan keyakinan.
Terakhir, Miss Sandar Tin dari Myanmar, mengaku terkesan dengan sambutan hangat masyarakat Sumbawa. Selain itu suasana Sumbawa yang tenang dan damai. Ini menggambarkan masyarakatnya hidup rukun, meski dari informasi yang diperoleh terdiri dari beragam suku dan agama.
Pada kesempatan tersebut, sebelum acara interfaith dialog berakhir, Rektor Unsa memberikan kenang-kenangan berupa buku ???Kebudayaan Sumbawa?? dan ???Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Membangun Karakter Bangsa?? yang ditulis oleh Rektor Unsa kepada Pusdiklat Kemlu. Demikian juga Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Sumbawa yang memberikan kenang-kenangan berupa 4 buku kepada Pusdiklat Kemlu. Sedangkan Pusdiklat Kemlu memberikan cindera mata berupa plakat kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa.
Sebelumnya, para diplomat disambut dengan Tari Nguri persembahan siswa-siswi SMAN 2 Sumbawa Besar selanjutnya menikmati nuansa kesejarahan Istana Dalam Loka dengan melakukan tour di Istana Dalam Loka yang dipandu oleh Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, H. Hasanuddin, S.Pd (ra/mckabsumbawa)
Media Center Kabupaten Sumbawa
Sumbawa, 14/11//2024 Diskominfotiksandi – Kepala Dinas Komunikasi Informatika Statistik dan Persandian Kabupaten Sumbawa, Drs. Hasanuddin bersama Kepala Bidang Persandian Kabupaten Sumbawa, Vivi Yulansari, S. Kom. melaksanakan Operasi Keamanan Siber dalam rangka Information Technology Security Assesment (ITSA) yang dilaksanakan oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) bertempat di kantor Sekretariat Daerah, Kabupaten Sumbawa, pada hari Kamis (14/11).
Sumbawa Besar – Sekretaris Daerah Kabupaten Sumbawa, Dr. Budi Prasetiyo, S.Sos., M.AP., secara resmi membuka SBC Open Tournament II Tahun 2024, yang berlangsung di Pragas, Sumbawa, pada Selasa (12/11/2024). Turnamen ini diikuti oleh atlet-atlet muda berbakat dari berbagai wilayah di Nusa Tenggara Barat, termasuk Sumbawa, Bima, dan Lombok.
Sumbawa, 05/11/2024 – DISKOMINFOTIKSANDI Sumbawa mengadakan acara Sharing Session dan Presentasi Progres Mahasiswa Magang pada Selasa, 05 November 2024, di Aula Diskominfotiksandi. Acara ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa mengenai dunia pemrograman serta membahas perkembangan proyek yang tengah dikerjakan oleh mahasiswa magang.